Jasa konsoltasi Perusahaan/BUMN

Foto saya
Agus Sri Muljoto, Pernah bekerja sebagai tenaga pemasaran PT. Luxindo Raya Surakarta dan sekertaris perusahaan Cv. Warna Widyajati. Entrepreuner

Minggu, 30 Juni 2013

Positif Money Mindedness

(Orientasi positif Uang)

Sukses bukanlah suatu kebetulan
melainkan suatu pilihan"
(Johanes Lim)



Sebelum kita membahas soal menjual dengan kuasa hipnotis, adalah perlu bagi orang yang ingin menjadi Successful Salesperson, untuk memiliki mindset dan perilaku yang "Orientasi positif uang). Artinya, Anda berhasrat besar untuk memiliki banyak uang, karena yakin bahwa banyakniyia uang akan membawa lebih banyak manfaat bagi diri Anda, keluarga, dan masyarakat. Sebaliknya, kekurangan uang bisa menimbulkan banyak kendala dan kesulitan hidup.

Orang yang memiliki Positive money-mindedness menghargai nilai uang, sehingga mau berjuang keras untuk mendapatkannya sampai berlimpah. Ia memiliki tujuan hidup yang jelas, focus, serta terencana baik tahapannya, sehingga bias dievaluasi pencapaiannya dalam setiap tahap. Kerenanya orang seperti itu akan memiliki Self-Starter Motivation, yakni dorongan motivasi yang keluar dan berasal dari dirinya sendiri. Ia hanya memerlukan sedikit motivator eksternal, karena ia berlomba dengan dirinya sendiri. Jika perusahaana mengadakan Sales Contest, Salespersone ini akan dengan sepenuh hati dan sepenuh kemampuan berjuang untuk menjadi yang terbaik; bukan semata-mata karena tergiur hadiahnya, namun pertama-tama untuk membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia mampu menjadi Best Achiever!

Sebaliknya, orang yanag tidak memiliki positive money-mindedness biasanya marginal, merasa puas dengan status qua, kurang berani meregangkan diri atau kurang menantang diri sendiri, kurang berambisi, mudah merasa puas, dan sekaligus mudah menyerah menghadapi tantangan. Ia juga membutuhkan motivator eksternal terus menerus untuk menyemangati dirinya; tanpa motivator eksternal itu ia akan melempem, seperti kerupuk terkena air. Salesperson tipe ini tidak bergairah untuk memenangkan Sales Contest, sehingga nyaris mustahil menjadi Top Sales Performer.

Barangkali ada yang bertanya, apakah benar bahwa ada orang yang tidak mau mendapat uang lebih banyak, dan/atau menjadi yang terbaik? Bukankah setiap orang ingin menjadi sukses dan kaya? Ya, seyogyanya,dan logisnya memang demikian, namun dalam kenyataan hidup, faktanya tidaklah demikian.

Saya telah menyelidiki banyak orang, kaya dan miskin, sukses dan marginal atau gagal; bahkan sampai mewawancarai para gelandangan yang tinggal di kolong jembatan, pedagang asongan, nelayan miskin, buruh bangunan, dan pengangguran, untuk mencari tahu, mengapa mereka nyaris secara permanent dan turun-menurun hidup dalam kemiskinan derajat dan financial. Sebaliknya, saya juga banyak melakukan wawancara, mengapa ada orang yang hidup dalam kelimpahan financial, kebahagiaan rumah tangga, serta terhormat di masyarakat. Saya bertaniya-tanya, apakah karena factor tinggi-rendahnya pendidikan? Apakah karena latar belakang keluarga? Apakah factor gender? Apakah factor SARA (suku, agama, ras, antar golongan)?

Temuan saya aak mengejutkan diri saya sendiri, karena sebelumnya sya sangat percaya bahwa factor pendidikan, keturunan, bahkan Agama, akan menentukan kualitas hidup sesorang, berikut kesuksesan maupun kegagalan finansialnya. Dulu saya menganggap bahwa orang yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah sukses dan kaya, dibandingkan yang tidak. Orang yiang mempunyai latar-belakang keturunan dan keluarga kaya akan lebih pasti menjadi kaya dan sukses. Orang yang taat beribadah dan takut kepada Tuhan akan lebih mudah kaya dan sukses, dibandingkan yang tidak. Itu adalah pendapat saya dulu, yan ternyata banyak kelirunya.

Dalam realitas kehidupan, saya menemukan bahwa gagal suksesnya seseorang, atau kaya-miskin seseorang, banyak dipengaruhi oleh sistem kepercayaan fundamentalnya (basic belief systems), yakni apakah ia mempuniyai keyakinan akan sukses dan kaya, atau tidak. Jika "Ya", apa pun yang tidak dilakukannya akan membawa ke arah kesuksesan serta kekayaan. Sebaliknya, jika jawabannya adalah "Tidak", apa yang dilakukannya dan/atau tidak dilakukannya akan mejauhkannya dari kesuksesan atau kekayaan. Orang tipe ini akan hidup dalam kemiskinan, atau hanya mehjadi orang marginal.

Istilahnya orang yang “berbakat” sukses dan kaya adalah orang yang mempunyai Prosperity Conciousness, yakni kesadaran akan kemakmuran. Sekalipun saat sekarang ia masih bodoh atau miskin, orang seperti itu percaya bahwa suatu hari ia akan menjadi orang pandai dan kaya. Ia percaya dan berjuang keras untuk mewujudkan impian atau kepercayaannya itu, hari demi hari, sehingga ia tahu bahwa setiap hari keadaannya menjadi lebih baik dibandingkan dengan hari kemarin, dan hari esok pasti lebih baik dari hari ini.

Sementara itu, orang yang “berbakat” misikin biasanya memiliki Scarcity Conciousness, atau kesadaran akan kekurangan. Orang tipe ini adalah orang yang takut gagal, sehingga tidak berani mencoba hal baru, tidak gemar tantangan, dan mencintai comfort zone, yaitu zona kenyamanan, yang sebenarnya sama sekali tidak nyaman. Orang itu bias saja ingin kaya dan sukses, namun tidak mau membayar harganya. Untuk menutupi ketakutannya itu, mereka mencari berbagai dalih dan/atau berbagai falsafah hidup yang bias membenarkan dirinyia. Orang seperti itu akan menyukai ungkapan seperti, “Biar miskin asal bahagia.” Orang seperti itu akan lebih merasa bahagia ketika mendapat pembenaran dari kutipan kitab suci, “Orang kaya sukar masuk surga”, atau “Tuhan mengasihi orang miskin”, atau “Cinta akan uang adalah akar kejahatan”, dan lain sebagaimana. Akibat jelas : karena mereka tidak berjuang untuk mengubah nasib sendiri, hasil akhirnya adalah kehidupan yang marginal, bahkan banyak yang melata-lata.

Jadi yang menentukan kesuksesan bukan tinggi-rendahnay pendidikan. Banyak orang yang berpendidikan tinggi, namun karena mengidap Scarcity Consciousness hanya menjadi pengangguran, atau karyawan berjabatan rendah, yang bekerja di bawah pimpinan pengusaha yang berpendidikan jauh lebih rendah darinya!

Kalau seseorang adalah anak dari orang sukses dan kaya, tetapi mengidap Scarcity Consiousness, ia juga tidak akan bisa mengikuti jejak orang tuanya. Karena tidak mengenal arti susah, mereka juga tidak merasa perlu berjuang. Mereka malas belajar, dan hanya gemar hidup berfoya-foya menghamburkan harta orangtuanya. Dalam banyak kasus, mereka akan terlibat penyalahgunaan narkoba, perjudian, free sex, dan ujungnya jelas : hidup layaknya orang dungu. Ketika orangtuanya yang kaya meninggal, keaslian diri mereka akan mulai tampak : mereka menjadi pecundang!

Saya tidak sedang omong kosong. Apa yang saya sampaikan adalah realita. Itu merupakan pengalaman hidup orang yang saya kenal atau saya amati. Sekalipun ada peribahasa yang mengatakan “Jatuh buah tidak jauh dari pohonnya”, yang berarti sifat anak tidak jauh dari orangtuanya, factor keturunan tidak menjamin kesuksesan atau kegagalan hidup seseorang. Sya mengenal orang yang terlahir dari keluarga miskin dan tidak terpelajar, tetapibisa menjadi MBA dan mencapai sukses karier di perusahaan public, melulu dengan mengandalkan dirinya sendiri dan kepercayaannya akan Prosperity Conciousness.

Jadi untuk Anda, apa pun posisi atau status social Anda sekarang, hal terpenting yang perlu Anda milikiuntuk sukses menjual secara spektakuler adalah Prosperity Conciousness dan/atau Positif Money-Mindedness :

1. Percayalah bahwa Anda berhak untuk menjadi sukses dan kaya.

2. Tetapkan tujuan hidup yang jelas : Ingin menjadi apakah Anda 1,5,10 tahun mendatang? Ingin memiliki asset apa saja? Jika bernilai uang, tentukan jumlahnya dengan jelas, berapa juta atau milyar rupiah dan dalam berapa lama?

3. Jika berkenaan dengan penghasilan dari komisi penjualan, tetapkanlah target penjualan berapa rupiah yang memungkinkan Anda mendapat komisi seperti yang Anda idamkan . Berjuanglah untuk mencapai angka penjualan terse but, sekalipun tidak diminta oleh perusahaan. Ingat, Anda sedang berkompetisi dengan diri Anda sendiri, dan bukan dengan orang lain. Jadilah dan capailah yang terbaik!

4. Rancanglah program aksi untuk mencapainya, step-by-step. Apa yang perlu Anda lakukan atau tidak boleh Anda lakukan untuk mencapai tujuan hidup Anda? Pengorbanan apa saja yang perlu diambil?

5. Lakukanlah mulai sekarangjuga, secara konsisten dan konsekuen.

6. Evaluasilah hasilnya secara berkala. Jika tercapai, nikmatilah. Jika tidak tercapai, renungkanlah mengapa demikian, dan bagaimana mengatasinya agar tercapai?

7. Jika menghadapi banyak kendala dan problem, jangan menyerah. Anda boleh berhenti sejenak untuk menghimpun tenaga, kemudian mulailah kembali berjuang.

8. Jika tujuan Anda telah tercapai, tetapkan tujuan baru yang lebih menggairahkan untuk Anda perjuangkan kembali pencapaiannya.

9. Sambil berjalan, nikmatilah perjalanan hidup Anda. Tidak perlu menunggu sampai sukses dan kaya untuk menikmati hidup. Bisa Anda lakukan kapan saja dan di mana saja; lakukanlah sekarang dan terus menerus!



Mudah-mudahan Bermanfaat.

Sumber Pustaka : Hipnosis in Selling, Johanes Liem.

Pondok Klender
5 July 2012